Rabu, 10 November 2010

Mama yang Terbaik

Tania dan mamanya pindah dari Bandung ke Jakarta. Tania yang berumur 14 tahun pindah karena kematian papanya dua tahun lalu. Papa Tania meninggal karena sebuah kecelakaan bersama mamanya, tapi mama Tania bisa selamat. Semenjak kejadian dua tahun lalu itu, Mama Tania memutuskan untuk pindah ke Jakarta agar bisa memulai kehidupan baru bersama Tania .

Tania memulai kehidupan barunya bersama mamanya. Dia bersekolah di SMP Dharma Budhi Bakti, Jakarta. Tania melalui hari-harinya disekolah bersama teman-teman barunya, yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumah Tania. Teman-teman barunya membuat dia nyaman bersekolah di SMP Dharma Budhi Bakti. Misalnya, Riza yang pandai dan lucu, Kevin yang baik dan pandai bermain basket, Keryn yang cantik dan lemah lembut, Adelia yang manja tapi suka menolong, Fanya yang cerewet dan suka sekali dengan kucing, dan Diandra yang pandai sekali Bahasa Inggris. Persahabatan mereka sangat baik dan mereka juga saling percaya satu sama lain. Mereka sering belajar bersama, bermain bersama dan sering pergi nonton bioskop bersama-sama .

Suatu pagi di sekolah anak-anak dari kelas satu sampai kelas tiga heboh dengan adanya pengumuman lomba-lomba yang sering diadakan di SMP Dharma Budhi Bakti. Anak-anak paling suka dengan lomba pemilihan ibu teladan, begitu juga Riza, Kevin, Keryn, Adelia, Fanya dan Diandra. Tania kelihatan tidak bersemangat dan mengeluh dalam hati,
“ Aku malas sekali dengan lomba bodoh ini. Harusnya mama tidak memilih sekolah ini untukku “ seru Tania dalam hati.

Wali kelas Tania di kelas 8.7 yaitu Pak Adam, masuk ke dalam kelas dan memberi pengarahan :
“ Anak-anak ini ada formulir pendaftaran untuk lomba pemilihan ibu teladan dan jangan lupa formulirnya dikumpulkan tiga hari lagi! “ ujar Pak Adam.
“ Iya pak! “ seru anak-anak yang semua sedng bergembira.
Tapi Tania dari tadi hanya berdiam diri saja dan cepat-cepat memasukkan formulir itu dalam buku gambarnya, karena sebelum itu pelajaran menggambar. Bel pulangpun berbunyi. Anak-anak 8.7 segera pulanh ke rumah masing-masing, namun Tania rasanya ingin di kelas saja. Tania malas pulang ke rumah dan bertemu mamanya. Teman-teman Taniapun memanggil:
“ Tania, ayo segera pulang! “ panggil Keryn dari pintu kelas 8.7.
“ Iya Tania, ayo pulang! . Kita jadi ke toko buku atau tidak? “ sahut Fanya
Tania sampai lupa kalau ada janji dengan teman-temannya ingin pergi ke toko buku langganan mereka, dan Tania juga ingin membeli buku ‘Harry Potter’ yang ke tujuh. Tadi pagipun Tania sudah meminta izin kepada mamanya kalau akan pulang sore.
Sambil di perjalanan, Tania dan teman-temannya berbincang-bincang:
“ Aduh , kali ini ibu anak lelas berapa ya yang jadi pemenangnya ? . Tahun kemarin pemenangnya adalah ibu dari murid kelas 9.1! “ kata Adelia.
“ Iya! aku ingin sakali-kali ibu anak kelas 8.7 yang jadi pemenangnya! “ kata Riza .
“ Mama kamu ikutkan Tan? “ sahut Keryn
“ Iya, ikut! ” jawab Tania.
Sampainya di toko buku, mereka lansung masuk dan memilih-milih buku. Tania berkata dalam hati:
“ Pasti mereka semua bangga dengan mama mereka! dan mereka pasti ingin mama mereka yang menjadi pemenangnya! “ bisik Tania dalam hati sambil mencari buku yang dia cari.
“ Mungkin kamu agak kaget ya dengan adanya lomba ini? “ sahut Diandra.
“ Iya, dulu di sekolah ku tadak ada acara seperti ini! “ jawab Tania sambil kaget dengan kedatangan Diandra.

Setelah mendapat buku yang cocok, merekapun langsung membayar dan meninggalkan toko. Tapi tiba-tiba Tania pamit pulang dulu, padahal teman-temannya mengajaknya makan di restoran tempat biasa mereka makan setelah bermain-main di mall. Lalu Tania pun bergegas pulang. Setelah tiba dirumah, Tania langsug masuk ke dalam kamar. Tania juga langsung ganti baju dan tiduran di kasur.
“ Sudah pulang Tan? “ terdengar suara mama dari kamarnya.
“ Sudah ma! “ jawab Tania dengan tidak bersemangat.
“ Mama sudah siapkan makan siang di meja makan. Mau mama temani makan siang? “ ujar mama lagi.
“ Tidak usah ma, Tania masih kenyang! “ kata Tania.
Tania tidak mau mama melihat wajah Tania yang murung. Karena pasti mama akan menanyakan sebabnya.
“ Oh, kenapa lomba bodoh ini harus ada? Coba aku diizinkan untuk tidak ikut, tapi Pak Adam mengatakan semua murid harus ikut! “ kata Tania sambil memukul-mukul bantal dan sambil marah-marah.

Masalahnya Mama Tania tidak seperti Mama Riza yang seorang Dokter, Mama si kembar Kevin dan Keryn yang seorang dosen, Mama Adelia yang meneger bank, Mama Fanya yang Artis ataupun Mama Diandra yang pengusaha. Tania selalu berfikir bahwa mamanya adalah penyebab papanya meninggal. Tania kadang kesal dengan sikap mamanya yang lebih suka berdiam diri dikamar sambil membuat cerita-cerita novel baru ataupun teenlit, karena mama Tania adalah seoang penulis. Sementara Tania juga sibuk dengan berbagai les dan kegiatan sekolah. Walaupun begitu, Tania dan mamanya selalu punya waktu untuk berbagi cerita, terutama saat papanya masih hidup. Kehidupan Tania sangat menyenangkan dan Taniapun tidak pernah mengeluh. Tapi saat papa Tania meninggal, Tania menjadi berubah. Terutama tentang lomba ini Tania tidak memberi tahu mamanya.
Hingga suatu hari,
“ Tania, Mama menemukan formulir ini terselip dalam buku gambar kamu. “ ucap mama pagi itu.
“ Kamu lupa ya memberitahu mama? Untung mama mencari penggaris di meja belajar kamu dan menemukan formulir ini! “ sahut mama lagi.
“ iya , ma! “ jawab Tania.
“ Belum terlambatkan?!! Mama sudah isi formulirnya. Sekarang hari terakhirkan? Nanti jangan lupa dikumpulkan! “ kata mama.
“ Iya, Ma. Nanti Tania serahkan kepada Pak Adam. “ ucap Tania pasrah.
Hari-hari berlalu seperti biasa, sampai waktu pemilihan ibu teladanpun tiba. Di hari penting itu, Tania dan teman-temannya berangkat seperti biasa. Tapi mama-mama mereka berangkat nanti agak siang sesuai undangan.
“ Semoga acara ini nanti lancar dan semoga diantara mama-mama kitalah yang menang. “ sahut Keryn
“ Amin! “ sahut Fanya, Adelia, si kembar, Diandra dan Riza.
Tapi Tania hanya murung sambil menggerutu.
Ibu-ibu para murid sudah berdatangan, sesuai waktu yang ditentukan. Lombapun segera dimulai. Lomba dibuka dengan beberapa sambutan dan beberapa pertunjukan dari murid kelas 9.3, 8.2 dan 7.1. Tania hanya duduk murung disebelah teman-temannya didekat panggung. Semua panitiapun akhirnya berdatangan.
“ Saya selaku panitia dari lomba pemilihan ibu teladan ini, mengucapkan selamat datang kepada semua ibu dari murid-murid kami di SMP Dharma Budhi Bakti. Setelah formulir-formulir itu terkumpul, kami semua selaku panitia membaca dan mencari siapa yang pantas menjadi ibu teladan di tahun ini. Dalam pencarian kami, kamipun memutuskan stu ibu teladan yang menurut kami adalah ibu yang terbaik. Dan pemenangnya adalah! “ sambutan tambahan dari Pak Adam dan selakigus pengumuman pemenang lomba ibu teladan tahun ini 2010.
“ Semoga mama ku! “ kata Fanya dengan penuh harapan mamanya yang akan menjadi pemenang.
“ Semoga mama kita! “ bisik si kembar.
“ Dan pemenangnya adalah ibu dari siswi yang bernama Tania Angelica murid dari kelas 8.7 “ kata Pak Adam dengan bangga.
“ Mama? “ Kata Tania dalam hati .
Kemudian Tania berlari menuju pelukan mamanya dan mememeluk mamanya dengan erat. Kemudian dengan bangga Tania mendorong kursi roda mamanya menuju ke atas panggung.
“ Ibu Tania adalah ibu yang sangat hebat, dengan segala keterbatasan beliau mampu membuat karya-karya indah yang berupa cerita-cerita novel yang sangat digemari dan karangan-karangan lain yang cukup terkenal. Beliau mampu membuat Tania menang di berbagai lomba, mulai lomba piano tingkat nasional, lomba bahasa mandarin, belum lagi Tania selalu menjadi juara kelas dulu waktu Tania masih di Bandung dan saat ayahnya masih hidup. Beliau berjuang sendiri membesarkan Tania setelah papanya meninggal. “ sambut Pak Adam.

Semua ibu-ibu yang hadi beserta murid-murid bertepuk tanagn dengan keras dan bersorak. Diam-diam Tania menangisi pikiran buruknya dengan mama selama ini. Tania menyesali sikapnya meski dalam hati. Ternyata mama memang benar-benar mama yang hebat. Terlambat dia ketahui,
“ Mama, maafkan Tania “ bisiknya dalam hati.
“ Dirumah nanti Tania berjanji akan meminta maaf kepada mama, dan Tania akan bersimpuh di kaki mama. Meskipun kaki mama telah diamputasi karena kecelakaan bersama papa dua tahun lalu. Dan Tania berjanji tidak akan pernah membenci mama, tidak akan pernah mengeluh , dan tidak akan lagi berfikiran kalau mama penyebab meninggalnya papa. “ Bisik Tania dalam ladi .
“ Tania bangga dengan mama dan mama adalah anugerah terindah Tuhan untuk Tania. Mama adalah mama yang terbaik “ Kata Tania sambil tersenyum.



- TAMAT -






Oleh Sophie Amalia, Kelas 10 SMA N 1 Tengaran